Pertarungan Terakhir BlackBerry

BlackBerry akan Potong 40% Karyawannya
Di luar rencana perusahaan menjual sahamnya, setidaknya ada dua penanda bahwa perusahaan asal Kanada ini seperti bertarung hidup atau mati. Mirip zaman pejuang Indonesia merebut kemerdekaan dulu.
Penanda pertama, dengan yakin walau tampak gamang, manajemen BlackBerry menyerahkan aplikasi andalannya, BlackBerry Messenger (BBM) agar bisa digunakan lewat platform lain: Android dan iPhone. Tentu ini mengejutkan, mengingat keduanya adalah yang menggerus pasar BlackBerry di pasar.
Dalam keterangan tertulis, manajemen BlackBerry memastikan bahwa layanan BBM akan tersedia secara gratis untuk telepon Apple dan Android pada 21 September 2013. BBM akan tersedia untuk semua telepon Android dengan sistem operasi Ice Cream Sandwich dan Jelly Bean sementara iPhones melalui iOS 6 atau iOS 7. Namun layanan ini tidak tersedia bagi telepon berbasis Windows.
Melalui blog pribadinya, Wakil Presiden BBM Andrew Bocking mengatakan kali ini merupakan saat yang tepat untuk memperkenalkan BBM secara lebih luas. "Sebab di saat lebih dari satu miliar Android, iOS, dan telepon pintar BlackBerry beredar di pasaran, dan tidak ada layanan pesan yang dominan," kata dia.
Bagi sebagian pengamat dan jajaran manajemen BlackBerry, BBM dianggap sebagai putra mahkota. Sebab BBM yang membuat pengguna BlackBerry masih bertahan di tengah gencarnya serbuan gadget pintar nan murah. Jika aplikasi ini dilepas, bisa jadi pengguna gadget BlackBerry kalah jauh dibandingkan pengunduh BBM multi platform.
Toh ada pakar yang optimistis ekspansi BBM adalah langkah yang tepat agar perusahaan itu bisa kembali
bangkit. Chris Green, analis teknologi di Davies Murphy Grup mengatakan hal ini bisa memperluas pasar BBM dan pada akhirnya mendongkrak pendapatan perusahaan. "Di tengah masa sulit BlackBerry, ini adalah langkah yang baik," kata dia.
Pernyataan ini senada dengan pidato Kepala Eksekutif BlackBerry Thorsten Heins saat mengumumkan rencana perluasan BBM Mei 2013. Heins mengatakan langkah itu merupakan "pernyataan kepercayaan diri" dan akan memungkinkan BBM menjadi  "solusi layanan pesan di lintas platform".
Penanda kedua, sebenarnya kondisi perusahaan sedang morat-marit. Hingga akhir tahun ini, perusahaan tersebut akan memangkas 40 persen atau sekitar 5.000 karyawannya. Masalahnya adalah keuangan.
Untuk bisa bertahan, kini BlackBerry berkolaborasi dengan pesaingnya. Kita lihat saja, apakah strategi ini bisa mendongkrak atau malah menjungkirkan BlackBerry. Penulis: Peppy Ramdhyaz 

Komentar